Minggu, 02 September 2012

Cara Membuat Parut

Masyarakat dusun Sewon Timbulharjo Sewon Bantul Yogyakarta sejak dahulu secara turun temurun merupakan pengrajin parut. Parut merupakan alt rumah tangga yang berfungsi untuk memarut kelapa. Dari parutan kelapa akan menghasilkan santan yang digunakan untuk memasak berbagai macam sayur bersantan.Parut terbuat dari bahan kayu pohon melinjo (jawa: kayu so) dan kawat dari bekas rem sepeda.  Kayu melinjo dipilih sebagai bahannya karena kayu tersebut lebih awet dan kawat dapat kuat menancap di kayu. Dalam membuat parut pada dasarnya dapat dibagi menjadi 5 pekerjaan utama, yaitu mencari kayu, mencari kawat, menghaluskan kayu (lamparan), membuat parut dan menjual parut. Masing-masing pekerjaan dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda. Khusus yang membuat parut biasanya dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga. Dengan adanya spesialisasi pekerjaan tersebut, di dusun kami hampir tidak ada yang menganggur. Walaupun hasilnya relatif kecil namun dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. 
Adapun urut-uratan membuat parut adalah:
1.      Pekerjaan penyediaan kayu.
Kayu melinjo ditebang, kemudian dipotong-potong melintang dengan panjang kurang lebih 35 cm. Setelah dipotong-potong kemudian dibelah-belah selebar kurang-lebih 15 cm yang disebut “lamparan” dan siap dijual dengan harga rata-rata Rp. 1.000,00.
2.      Pekerjaan menghaluskan “lamparan”.
Kayu “lamparan” yang sudah dibeli kemudian diantarkan ke bagian tukang menghaluskan “lamparan”. “Lamparan” pada kedua permukaannya dihaluskan dengan menggunakan alat pasah dan sisi-sisinya dirapikan dengan menggunakan“pethel”. Upah menghaluskan setiap “lamparan” rata-rata Rp. 500,00.
3.      Pekerjaan membuat parut
Tukang pembuat parut setelah “lamparan” sudah dihaluskan adalah membeli kawat dengan harga Rp. 40.000,00 per kilo gramnya. Rata-rata satu parut membutuhkan kawat 0,5 ons kawat. Alat untuk membuat parut selain dengan bahan kayu yang sudah jadi dan kawat, adalah alat pemukul (pukul) untuk memukul kawat, tang (supit) untuk memotong kawat dan meja (dingklik) untuk alas kayu. Kawat sebelum digunakan dibakar lebih dahulu kurang lebih 5 menit agar mudah dipotong. Adapun caranya adalah:Kayu diletakkan di atas dingklik. Tangan kanan memegang alat pemukul dan kawat, dan untuk tangan kiri memegang “supit”. Kawat dipotong menggunakan “supit” dan diletakkan pada kayu yang dimulai kurang lebih 3 cm dari sisi kanan, kemudian dipukul, demikian seterusnya sampai membentuk kolom-kolom yang sejajar dengan jarak kurang lebih 0,5 cm dan untuk mengakhiri, kayu disisakan kurang lebih 3 cm juga. Waktu pembuatan parut membutuhkan waktu rata-rata 2 jam setiap parutnya. Parut yang sudah jadi kemudian dijual pada orang yang bias membeli parut. Harga parut tergantung pada besar kecilnya parut dan rata-rata harganya Rp. 5.000,00. Dari pengeluaran untuk mengadakan bahan tersebut maka keuntungan yang didapat dalam membuat parut dapat dihitung setiap parutnya adalah sebagai berikut:
Beli lamparan                 : Rp. 1.000,00
Menghaluskan lamparan: Rp.   500,00
Beli kawat                      : Rp. 2.000,00 +
Jumlah                            : Rp. 3.500,00
Keuntungan Rp. 5.000,00 – Rp. 3.500,00 = Rp. 1.500,00
Jadi setiap satu hari apabila mendapat 5 parut maka keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 7.500,00.
Sampai saat parut masih tetap laku dan dibutuhkan orang, terutama masyarakat pedesaan yang sering masak sayur memakai santan. Mesin penggiling kelapa memang sudah lama ada tetapi orang harus pergi ke pasar dan bila untuk kebutuhan masak sehari-hari tidak efektif apabila harus ke pasar.